Berita Sultra
Kamis,15 April 2021
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik
  • Bisnis
  • Nasional
  • Budaya
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Opini
  • Head Line
  • Pilihan Editor
  • Video
No Result
View All Result
Berita Sultra
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik
  • Bisnis
  • Nasional
  • Budaya
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Opini
  • Head Line
  • Pilihan Editor
  • Video
No Result
View All Result
Berita Sultra
No Result
View All Result
Home Budaya

Sejarah Kota Wuna, yang Dulunya Pernah Ada Sekarang Lenyap?

Des by Des
31 Oktober 2020
in Budaya, News
0
Sejarah Kota Wuna, yang Dulunya Pernah Ada Sekarang Lenyap?

Ketgam: Masjid Kota Wuna yang telah direnovasi. Foto; Hardianti Sindara

36
SHARES
891
VIEWS


BeritaSultra.id : RAHA : Kota ini merupakan kota penting bagi Kesultanan Muna. Bagaimana tidak, kota ini menjadi pusat pemerintahan Muna dan tempat tinggal para raja.

Wuna dibangun pada masa Raja La Kilaponto (1538–1541) dan selesai dimasa Raja La Posasu (1541–1551) serta dikelilingi oleh benteng yang berbentuk lingkaran. Bentengnya dibuat dari batu koral dengan panjang 8073 meter, tinggi sekitar 4 meter dan tebalnya sekitar 3 meter.

Wuna dahulunya adalah kerajaan berbentuk federasi. Di dalamnya terdapat bangunan Lakina (Raja) Muna (Istana Raja), Masjid, pasar dan tempat pengadilan, kediaman bhonto bhalano (Perdana Menteri/Menteri Besar) Tongkuno, kediaman mintarana bhitara (Hakim Agung) Tongkuno, kediaman bhonto bhalano Lawa, kediaman mintarana bhitara Lawa, Tempat Pelantikan Raja Muna, kantor bhanto bhalano, tempat para kapitalao (laksamana), hingga beberapa kuburan tertua (sebelum La Ode Huseini).

\

Jules Couvreur, dalam “Sejarah Dan Kebudayaan Kerajaan Muna” terbitan Artha Wacana Press, Kupang – 2001 menerangkan di kota ini terdapat masjid, pasar, dan kediaman para raja, bangsawan-bangsawan, serta walaka (Golongan Adat-Hukum).

Orang biasa dan bangsawan & walaka yang tidak memiliki jabatan dilarang untuk menetap di kota ini. Yang hanya diperbolehkan untuk menetap di kota selain raja dan bangsawan penting ialah keluarga dan pelayannya.

Walaupun orang-orang biasa dilarang untuk menetap, mereka boleh masuk kota pada saat waktu tertentu yaitu hari-hari pasar dan dipanggil oleh pimpinan. Selain itu mereka dilarang untuk naik kuda di dalam kota dan hanya pejabat saja yang diperbolehkan.

Namun para pejabat harus memberhentikan kuda di beberapa tempat tertentu dan ketika mereka sampai di tempat tersebut, mereka harus jalan kaki.

Menurut Couvreur, dalam berpakaian di dalam kota pun ada aturannya. Golongan masyarakat dikenal dari pakaian masing-masing.

BacaJuga

Agus Sanaa: Muna Prioritas Kemenangan PDIP di Sultra

Agus Sanaa: Muna Prioritas Kemenangan PDIP di Sultra

7 Desember 2020
925
APBD Muna Tahun 2021 Sebesar Rp 1,3 T

APBD Muna Tahun 2021 Sebesar Rp 1,3 T

25 November 2020
825
Pemda Muna Raih Penghargaan LPPD dari Kemendagri RI

Pemda Muna Raih Penghargaan LPPD dari Kemendagri RI

19 November 2020
839

Couvreur menulis “pengaturan tentang pakaian adat diberlakukan dibawah pemerintahan Titakono dan bhonto bhalano La Marati yang meliputi pakaian dan non pejabat, pakaian wanita dari berbagai golongan, dan perhiasan berbagai golongan”.

Setiap orang yang ada di kota dilarang menyelempengkan sarung di bahu. Seseorang boleh memakai Songkok namun harus dilepas apabila ada orang yang derajatnya lebih tinggi di kota.

Kota Wuna/Muna mulai ditinggalkan pada tahun 1861 ketika perang saudara pecah antara La Ode Kaili dan La Ode Tau untuk memperebutkan jabatan sebagai raja Muna.

Situasi kota yang semakin memburuk membuat orang-orang mulai meninggalkan Muna dan lama kelamaan akhirnya menjadi reruntuhan. Rumah terakhir yang berada di Kota Wuna/Muna dibongkar pada tahun 1910.

Couvreur sendiri berada di Muna sejak Oktober 1933 hingga Maret 1035, menjabat sebagai kontrolir onderafdeling Muna (setingkat bupati sekarang) pada pemerintahan kolonial Belanda.

Sekarang situs bekas kota berada di hutan belantara. Untuk sampai ke situs kota, Kita harus menyusuri hutan lebat dan medannya berat. Harus ditempuh selama satu jam untuk sampai ke lokasi. Di sana hanya ada reruntuhan kota, benteng, dan makam para raja terdahulu.

Editor Anakia

Tags: Budaya dan Kerajinan Kota Kendaricurrent affairKabupaten Muna
Next Post
Merasa Dihina, Kadis Kominfo Sultra Bakal Laporkan tegas.co

Merasa Dihina, Kadis Kominfo Sultra Bakal Laporkan tegas.co

No Result
View All Result
  • Profil
  • Redaksi
  • Kontak
  • Karir
  • Pedoman
  • Kodek Etik
Redaksi:
Perumahan Kancil Mas Blok A No. 5
Andounohu - Kendari, Sulawesi Tenggara
HP: 08114000155/177
Email: [email protected]

© 2020 PT. Irfanti Media Utama

No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Bisnis
  • Budaya
  • Nasional
  • Olahraga
  • Lifestyle
  • Travel
  • Opini
  • Head Line
  • Pilihan Editor
  • Video
  • Profil
    • Redaksi
    • Karir
    • Pedoman Media Siber
    • Kontak

© 2020 PT. Irfanti Media Utama

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist