Berita Sultra
Kamis,15 April 2021
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik
  • Bisnis
  • Nasional
  • Budaya
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Opini
  • Head Line
  • Pilihan Editor
  • Video
No Result
View All Result
Berita Sultra
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik
  • Bisnis
  • Nasional
  • Budaya
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Opini
  • Head Line
  • Pilihan Editor
  • Video
No Result
View All Result
Berita Sultra
No Result
View All Result
Home News

Cara Berpikir dan Teknologi Fasilitas WC di Era Modern

Des by Des
25 Oktober 2020
in News, Pilihan Editor
0
Cara Berpikir dan Teknologi Fasilitas WC di Era Modern
33
SHARES
836
VIEWS

BeritaSultra.id: KENDARI – Kakus. Alat sederhana dan sehari-hari. Pelengkap hidup yang berguna untuk buang isi perut atau bahasa halusnya, buang air: besar ataupun kecil.

Jamban sudah diasosiasikan dengan tahi, muntah, air kencing, darah mens dan segala hal dianggap menjijikan yang berasal dari tubuh manusia. Walau lekat dan diasosiasikan dengan kotoran, penyair Wiji Tukul sempat menyebutkannya sebagai kritik terhadap negara yang tidak mempedulikan rakyat atas nama kepentingan pembangunan negara.

Katanya “Nasionalisme itu nasi, dimakan jadi tahi.” Jamban adalah tempat ke mana tahi-tahi itu bermuara.

\

Menurut Nadya Karima Melati dalam essainya “Toilet dan Modernisasi”, pergerakan peradaban menuju zaman modern melengkapi tubuh untuk berdisiplin dalam buang air. Baik lokasi maupun tata caranya. Sadar atau tidak, toilet dijadikan ukuran ‘kemajuan’ suatu peradaban.

Dalam bidang arsitektur, kakus mencerminkan budaya setempat. Bahkan filsuf asal Slovenia, Slavoj Zizek menyatakan bahwa ideologi tiap-tiap negara pembentuk Eropa yakni Perancis, Jeman dan Anglo Saxon tercermin dari bentuk kakus mereka.

Kakus Perancis yang lubangnya terletak di belakang menunjukan semangat Perancis untuk melakukan revolusi Bastile. Kakus orang Inggris yang berada di tengah dan dikelilingi oleh air memperlihatkan semangat orang Inggris yang gemar berlayar dan minum bir dan kakus orang Jerman yang lubangnya di bagian depan memperlihatkan etika berpikir menginvestigasi dan mengobservasi. “Mengapa didepan?” Karena orang Jerman akan meneliti sendiri fesesnya seloroh Zizek.

Kita baru mengenal toilet di abad ke-19. Sebelum ada toilet, warga pribumi buang hajat di kali atau mengeduk tanah di pekarangan bagi warga desa

Menurut Erlinda Sukmasari, Kontributor dari Cultura Magazine, dalam “Asal Usul Toilet di Dunia”, Toilet sendiri berasal dari Bahasa Prancis, toilette, yang artinya ruang ganti pakaian. Pakaian perempuan di zaman itu cukup rumit sehingga ketika buang air mereka harus melepas seluruh gaunnya. Orang Amerika menyebutnya sebagai wash room sebagai ungkapan halus untuk menjelaskan apa yang mereka lakukan di dalamnya. Bukan buang air, mereka akan mengaku baru selesai mencuci tangan.

BacaJuga

Sejarah Kota Wuna, yang Dulunya Pernah Ada Sekarang Lenyap?

Sejarah Kota Wuna, yang Dulunya Pernah Ada Sekarang Lenyap?

31 Oktober 2020
891
Jembatan Atas Laut Terpanjang di Indonesia

Jembatan Atas Laut Terpanjang di Indonesia

23 Oktober 2020
902
Bertemu Teman-Teman Kecil di Kolong Langit Kota Lama Kendari

Bertemu Teman-Teman Kecil di Kolong Langit Kota Lama Kendari

11 Oktober 2020
842

Di zaman penjajahan VOC sebelum abad ke-19 pun dipercaya dinegeri ini belum ada atau belum umum dijumpai sebuah toilet.

Hal ini terlihat di gedung-gedung bersejarah bekas VOC di abad 19 seperti gedung Museum Sejarah DKI Jakarta di jalan Fatahillah 1, yang dulunya digunakan sebagai kantor pemerintahan pun tidak kita jumpai ruang toiletnya.

Lalu bagaimana orang-orang kota Batavia buang hajatnya waktu itu? Ya pakai ember, nanti kalau malam di buang ke sungai, karena peraturan pemerintah Hindia Belanda melarang buang hajat di sungai pada siang hari, untuk menghindari pencemaran sungai dan agar baunya tidak mengganggu orang lewat

Sayangnya peraturan itu berimbas pada kesehatan orang di dalam rumah karena harus menyimpan feses itu seharian di rumah, alhasil penyakit seperti disentri dan malaria pun sudah tidak asing di waktu itu.

Baru setelah abad 19 pemerintah Hindia Belanda memperkenalkan WC jongkok untuk masyarakat

Bisa dilihat toilet modern yang dipuji keindahannya waktu itu ada di gedung kantor perkeretaapian zaman Belanda yang dibangun di tahun 1902, yang kini dinamakan Lawang Sewu, Semarang. Konon, kemewahan toilet ini pernah diklaim sebagai bangunan toilet terindah di dunia dan dikagumi oleh Pangeran Charles.

Kini, hampir di setiap rumah kelas menengah dilengkapi dengan MCK (mandi, cuci, kakus) yang berdasarkan anjuran dari Kementerian Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 yang harus memiliki kriteria jarak dengan sumber air minum, ketersediaan gayung dan sebagainya.

Negara, menghadirkan dirinya untuk mengatur masyarakat dalam urusan buang air dan menganjurkan penduduk untuk tidak lagi buang air besar di sungai atau kali melainkan membangun kamar mandi yang berfungsi untuk melakukan seluruh kegiatan membasuh.

Editor Anakia

Tags: current affairpop kultur
Next Post
Baubau dan Peluang Menuju Sustainable City (Kota Berkelanjutan)

Baubau dan Peluang Menuju Sustainable City (Kota Berkelanjutan)

No Result
View All Result
  • Profil
  • Redaksi
  • Kontak
  • Karir
  • Pedoman
  • Kodek Etik
Redaksi:
Perumahan Kancil Mas Blok A No. 5
Andounohu - Kendari, Sulawesi Tenggara
HP: 08114000155/177
Email: [email protected]

© 2020 PT. Irfanti Media Utama

No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Bisnis
  • Budaya
  • Nasional
  • Olahraga
  • Lifestyle
  • Travel
  • Opini
  • Head Line
  • Pilihan Editor
  • Video
  • Profil
    • Redaksi
    • Karir
    • Pedoman Media Siber
    • Kontak

© 2020 PT. Irfanti Media Utama

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist