BeritaSultra.id : Internasional – Aksi Climate Strike di Italia akan digelar hari ini, sebagai upaya mengatasi krisis alam yang terjadi di berbagai belahan dunia. Jumat (09/10/2020).
Dalam rilis resmi yang dikeluarkan friday for future, diperkirakan ribuan orang dari 100 kota lintas negara akan turut-serta dalam pawai iklim kali ini.
Dari Kota Turin – Roma termasuk dari kota Naples – Milan ribuan orang akan meneriakkan suaranya untuk mengatasi krisis iklim yang terjadi.
Aksi Climate Strike sendiri digagas oleh Greta Thunberg, remaja berusia 15 tahun yang menolak untuk ke sekolah dan memilih duduk di luar Parlemen Swedia.
Aksi Greta ini dilakukan untuk menggugah kesadaran anggota parlemen Swedia untuk sadar akan urgensi dan bertindak mengatasi #KrisisIklim yang semakin hebat.
Sejak saat itu Greta telah menginspirasi gerakan global besar-besaran. Jutaan siswa dari seluruh penjuru dunia keluar dari sekolah mereka setiap hari Jumat, memanggil para pemimpin dunia, dan 150 negara telah mengikuti aksi ini dan diikuti jutaan orang.
Aksi ini ditengarai sebagai aksi terbesar yang pernah dilaksanakan di dunia untuk mengatasi krisis iklim.
Aksi Climate Strike di Indonesia
Di Indonesia Aksi Climate Strike pernah berlangsung di Jakarta pada 20 September 2020 silam. Pawai iklim ini diikuti oleh lebih dari 50 komunitas dan jaringan yang menyuarakan pentingnya penanganan serius krisis iklim demi masa depan generasi mendatang. Aksi damai ini dipimpin oleh anak-anak muda yang memiliki kekhawatiran yang sama dengan Greta.
Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan dengan perubahan iklim dan cuaca ekstrem.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, Indonesia rentan mengalami dampak kenaikan tinggi muka air laut.
Hal ini juga akan berdampak terhadap penghidupan warga Indonesia, di antaranya puluhan juta petani. Belum lagi kondisi yang rapuh ini diperparah dengan laju deforestasi dan kebakaran hutan tidak terkontrol yang menimbulkan bencana asap hebat, penggunaan energi batu bara berlebih yang meracuni udara, tanah dan laut kita.
Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca nasionalnya sebesar 29 – 41 persen pada tahun 2030.
Sebagaimana dinyatakan dalam NDC (2015), emisi Indonesia (63%) adalah hasil dari kebakaran hutan dan gambut, dengan pembakaran bahan bakar fosil menyumbang sekitar 19 persen dari total emisi.
Kontribusi Indonesia dalam mengekang emisi dan mempertahankan bumi tidak memanas lebih dari 1,5 derajat sangat penting. Karenanya, krisis iklim harus ditangani sebagai program prioritas presiden terpilih.
Penulis: Anakia
Editor: Des